Senin, 17 Maret 2014

KEKURANGAN KALORI PROTEIN (KKP)



Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus bertambah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dan aspek lainnya juga terus meningkat. Namun kenyataannya masalah gizi buruk di Indonesia akibat kurangnya asupan makanan bergizi masih menjadi momok yang menghantui jutaan anak terutama pada masyarakat miskin yang berada di pelosok wilayah di seluruh Indonesia. Makanan bergizi adalah makanan yang berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat dan protein terutama, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energy.
Menurut Sugihantono (2014) masalah gizi pada anak-anak dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu KKP, stunting, dan obesitas atau kelebihan gizi. Kebanyakan KKP atau Kurangnya Kalori Protein pada anak-anak cenderung diderita oleh masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan kurang adanya perhatian dari pemerintah setempat dan juga kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi terutama pada anak-anak yang berada pada masa pertumbuhan. Di Indonesia sendiri, hampir sepertiga anak sekolah menderita KKP yang disebabkan oleh kebiasaan makanan yang tidak cukup mengandung kalori dan protein sehingga mengakibatkan terjadinya defisiensi protein dan kalori atau kombinasi antara keduanya.
KKP (Kurangnya Kalori Protein)
Secara umum, kekurangan gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP (Kurangnya Kalori Protein), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energy dan protein. KKP dapat diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi atau AKG. Pada umumnya KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dimana pada usia tersebut, kebutuhan tubuh akan zat gizi sangat tinggi.
Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnyapun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita terutama di negara-negara berkembang yang mayoritas rakyatnya berpenghasilan rendah. Gejala kurang gizi rendah relative tidak jelas karena hanya terlihat berat badan penderitanya lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya yaitu sekitar 60%-80% dari berat badan ideal anak pada umumnya.
Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kalori protein pada anak-anak secara umum yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena KKP tidak akan mungkin terjadi apabila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Penyabab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai tekanan sehingga terjadi spectrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik. Sedangkan penyebab tak langsung sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan causa multi factorial.
Adapaun faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya KKP antara lain Ekonomi Negara rendah, pendidikan umum kurang sehingga pengetahuan akan gizi kurang, produksi bahan pangan kurang sehingga persediaan pangan terbatas yang akibatnya konsumsi pangan rendah, tingkat hygiene rendah sehingga menyebabkan penyakit infeksi dan infestasi cacing yang berakibat absorpsi gizi pada makanan terganggu, pekerjaan rendah, keadaan pasca panen yang kurang baik, system perdagangan dan distribusi tidak lancar dan daya belinya rendah, apabila utilitas terganggu, maka KKP juga akan ikut terganggu, dan juga dalam sebuah keluarga memiliki jumlah anak yang terlalu banyak
Klasifikasi KKP
KKP dibagi menjadi tiga jenis yaitu Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmik- Kwashiorkor. Berikut adalah penjelasannya.
Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai suatu akibat dari adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan. Kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily William pada tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan tersebut di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghana, Kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama apabila kelahiram anak kedua sedang ditunggu. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan terjadinya perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama.
Penyebab terjadinya Kwashiorkor yang utama adalah kebiasaan makan makanan yang sangat sedikit mengandung protein (terutama hewani), kebiasaan mengkonsumsi makanan berpati terus menerus, dan kebiasaan makan sayuran yang tinggi karohidrat. Sedangkan penyebab lain misalkan adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan dengan alasan miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang makanan. Adanya infeksi misalnya Diare akan mengganggu penyarapan makanan, infeksi pernafasan (TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan, dan kekurangan ASI.
Yang kedua adalah Marasmus, Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting atau merusak. Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan energy (kalori) yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya jaringan lemak dibawah kulit dan otot namun kebutuhan proteinnya relative cukup terpenuhi. Marasmus ini merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energy yang ekstrem.
Penyebab Marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, pengobatan, maupun kegagalan memeberikan makanan tambahan.
Sedangkan untuk Marasmik-Kwashioorkor adalah suatu kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara Marasmus dengan Kwashiorkor. Marasmik-Kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologinya. Marasmik-Kwashiorkor juga dapat diartikan sebagai salah satu kondisi yang terjadi karena defisiensi, baik kalori maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi. Penyebabnya sama dengan Kwashiorkor dan juga Marasmus.
Manifestasi Klinik
Tanda-tanda KKP dibagi menjadi 2 macam yaitu
·         KKP Ringan
KKP ringan meliputi pertumbuhan linier yang terganggu, peningkatan berat badan yang terus berkurang, terhenti, maupun turun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, ratio berat terhadapt tinggi tidak normal atau cenderung menurun, terjadi anemia ringan atau pucat, aktivitas berkurang, rambut kemerahan, dan terjadi kelainan kulit seperti kering dan kusam.

·         KKP Berat
Sedangkan untuk KKP berat antara lain terjadi gangguan pertumbuhan, badan menjadi mudah sakit, pada anak-anak menjadi kurang cerdas, dan jika berkelanjutan dapat menimbulkan kematian.

Selain gejala-gejala KKP secara umum, ada juga gejala-gejala dari penyakit KKP yaitu:

A.  Beberapa gejala penyakit Kwashiorkor berbeda pada masing-masing anak di berbagai Negara dan dibedakan menjadi 3 antara lain
1.    Selalu Ada
Gejala ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnose pada anak usia 1-3 tahun karena kemungkinan telah mendapatkan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Ciri-cirinya adalah terjadinya kegagalan pertumbuhan, Oedema pada tungkai bawah, kaki, tangan, punggung bawah, dan wajah. Kemudian Otot-otot akan menyusut tetapi lemak di bawah kulit akan disimpan, dan juga anak yang menderita penyakit ini akan sering menangis, rewel, dan susah diatur.

2.    Biasanya Ada
Untuk gejala yang biasanya ada, satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul namun tidak satupun yang benar-benar memerlukan diagnose seperti terjadinya perubahan rambut menjadi lebih muda (coklat, kemerah-merahan, mendekati putih,), lurus, jarang halus, mudah rontok, warna kulit lebih mudah, terjadinya diare akibat gangguan penyerapan makanan terutama gula, dan juga terjadi anemia yang tidak berat karena adanya kemungkinan infeksi cacing atau malaria.

3.    Kadang-kadang Ada
Satu atau lebih dari gejala berikut kadang-kadang muncul namun tidak satupun yang benar-benar membentuk diagnose seperti terjadinya ruam atau bercak-bercak berserpih, ulkus atau retakan, tanda-tanda kekurangan vitamin misalnya terjadinya sariawan karena kekurangan vitamin C, dan lidah berwarna terang karena kekurangan riboflavin, dan juga terjadinya pembentukan hati akibat perlemahan hati.

Adapun gejala-gejala lainnya yang terjadi antara lain:
-     Secara umum anak akan terlihat sembab, letargik, cengeng, dan mudah terserang penyakit. Pada tahap lanjut, anak akan menjadi apatik dan spoor atau koma.
-     Pertumbuhan yang terhambat akan menyebabkan berat badan lebih rendah dibandingkan dengan berat badan idealnya. Jika terjadi edema, maka penurunan berat badan tidak begitu mencolok
-     Terjadinya Edema
-     Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun sedangkan jaringna subkutan menjadi tipis dan lembek
-     Terjadi kelainan gastrointestinal yang mencolok yaitu anoreksia dan diare
-     Rambut menjadi berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku serta mudah rontok
-     Kelainan kulit yaitu menjadi kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebar yang disertai dengan denitamin B kompleks, serta defisiensi eritropoetin dan terjadi kerusakan hati.
-     Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare, bronkopneumonia, faringotonsilitis, tuberkulosis)
-     Defisiensi vitamin dan mineral terutama vitamin A, riboflavin (stomatitis angularis), anemia defisiensi besi dan anemia megalobastik.

B.  Tanda-tanda Marasmus dibagi menjadi 2 yaitu
1.    Selau ada
Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnose yaitu terjadinya gangguan perkembangan, dan juga hilangnya lemak di otot dan jaringan dibawah kulit

2.    Kadang-kadang ada
Untuk gejala yang kadang-kadang ada antara lain terjadinya diare atau konstipasi, terjadinya perubahan pada rambut seperti yang dialami oleh penderita kwashiorkor, terdapat tanda-tanda dari defisiensi vitamin dan juga terjadinya dehidrasi.

Adapun gejala-gejala lainnya yang terjadi antara lain:
-     Anak menjadi cengeng dan sering terbangun ditengah malam
-     Turgor kulit rendah dan kulitnya Nampak keriput seperti orang tua
-     Pipi lebih terlihat kempot
-     Vena superfisialis tampak lebih jelas
-     Ubun-ubun menjadi besar dan cekung
-     Tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol
-     Mata tampak besar dan dalam
-     Sianosis
-     Ekstremitas terhadap dingin
-     Perut buncit/ cekung dengan gambaran usus yang jelas
-     Atrofi otot
-     Apatis
-     Badan menjadi kurus kering umumnya pada bayi

C.   Sedangkan untuk gejala-gejala dari Marasmik-Kwashiorkor sama dengan gejala yang timbul pada Marasmus dan juga Kwashiorkor

Epidemiologi
Penyakit KKP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang. Berdasarkan hasil penyelidikan pada 254 desa di seluruh Indonesia, memperkirakan bahwa 30% atau sekitar 9 juta balita menderita kekurangan gizi sedangkan 3% diantaranya menderita gizi buruk. Tingginya prevalensi penyakit KKP disebabkan oleh tingginya faktor angka kelahiran. Menurut WHO, 150 juta anak dibawah 5 tahun menderita KKP dan 49% dari 10,4 juta anak dibawah 5 tahun meninggal karena KKP.

Cara Menanggulangi KKP
KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. kita dapat berusaha mengurangi KKP dengan cara-cara pencegahan berikut:
-     Untuk tingkat keluarga
·         Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang
·         Ibu memberikan ASI pada bayinya sampai usia enam bulan
·         Ibu memberikan makanan pendukung ASI (MP-ASI) yang mengandung berbagai macam gizi seperti kalori, vitamin, dan mineral
·         Segera memberitahukan kepada petugas kesehatan apabila balita mengalami sakit
·         Menghindari pemberian makanan buatan kepada bayi dibawah enam bulan untuk menggantikan ASI sepanjang ibu masih mampu mengahsilkan ASI
·         Melindungi anak dari kemungkinan terkena diare dan dehidrasi dengan cara memelihara kebersihan, menggunakan air matang untuk minum, mencuci peralatan pembuat susu dan makanan bayi serta menyediakan oralit
·         Mengatur jarak kehamilan ibu agar cukup waktu untuk merawat dan mengatur makanan yang bergizi untuk buah hati mereka.

-     Untuk tingkat posyandu
·         Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulannya di posyandu untuk mengetahui pertumbuhan pada balita
·         Kader memebrikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
·         Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di bawah garis merah (PMT) contoh KMS (Kartu Menuju Sehat)
·         Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio, dan ada pula beberapa imunisasi dasar antara lain BCG, DPT, Polio, Hepatitis B3, Campak, dan untuk imunisasi tambahan antara lain Hib (meningitis), PCV atau IPD (pnemokokus), MMR, dan Influenza.
Daftar Pustaka
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Dewi, A.M. 2013. Kekurangan Kalori dan Protein. Ayumuliadewi.wordpress.com. Diakses pada 16 Maret 2014
Hull, D. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed 3. Jakarta: EGC
Kurniasari, M. 2011. Kekurangan Kalori Protein (KKP). Meongnoque.clogspot.com. Diakses pada 17 Maret 2014
Richard, G. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol I. Jakarta : EGC.
Sugihantono, A. 2014. Kenali Tiga Masalah Gizi Buruk pada Anak. www.tempo.com. Diakses pada 16 Maret 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar