Latar Belakang
Indonesia
merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus bertambah. Selain
itu, pertumbuhan ekonomi dan aspek lainnya juga terus meningkat. Namun kenyataannya
masalah gizi buruk di Indonesia akibat kurangnya asupan makanan bergizi masih
menjadi momok yang menghantui jutaan anak terutama pada masyarakat miskin yang
berada di pelosok wilayah di seluruh Indonesia. Makanan bergizi adalah makanan
yang berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat
dan protein terutama, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lainnya yang
dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energy.
Menurut
Sugihantono (2014) masalah gizi pada anak-anak dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu KKP, stunting, dan obesitas atau kelebihan gizi. Kebanyakan KKP
atau Kurangnya Kalori Protein pada anak-anak cenderung diderita oleh masyarakat
miskin. Hal ini dikarenakan kurang adanya perhatian dari pemerintah setempat
dan juga kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi terutama
pada anak-anak yang berada pada masa pertumbuhan. Di Indonesia sendiri, hampir
sepertiga anak sekolah menderita KKP yang disebabkan oleh kebiasaan makanan
yang tidak cukup mengandung kalori dan protein sehingga mengakibatkan
terjadinya defisiensi protein dan kalori atau kombinasi antara keduanya.
KKP (Kurangnya Kalori Protein)
Secara
umum, kekurangan gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP (Kurangnya
Kalori Protein), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energy dan protein.
KKP dapat diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energy dan protein dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi atau AKG. Pada umumnya KKP sering dijumpai
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dimana pada usia tersebut, kebutuhan
tubuh akan zat gizi sangat tinggi.
Bergantung
pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi
penyakitnyapun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan
kurang gizi. Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita terutama di
negara-negara berkembang yang mayoritas rakyatnya berpenghasilan rendah. Gejala
kurang gizi rendah relative tidak jelas karena hanya terlihat berat badan
penderitanya lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya yaitu sekitar
60%-80% dari berat badan ideal anak pada umumnya.
Faktor Penyebab
Faktor-faktor
yang menyebabkan kurangnya kalori protein pada anak-anak secara umum yang
paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena KKP tidak
akan mungkin terjadi apabila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Penyabab langsung
dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai tekanan
sehingga terjadi spectrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinik. Sedangkan penyebab tak langsung sangat banyak sehingga
penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan causa multi factorial.
Adapaun
faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya KKP antara lain Ekonomi Negara
rendah, pendidikan umum kurang sehingga pengetahuan akan gizi kurang, produksi
bahan pangan kurang sehingga persediaan pangan terbatas yang akibatnya konsumsi
pangan rendah, tingkat hygiene rendah sehingga menyebabkan penyakit infeksi dan
infestasi cacing yang berakibat absorpsi gizi pada makanan terganggu, pekerjaan
rendah, keadaan pasca panen yang kurang baik, system perdagangan dan distribusi
tidak lancar dan daya belinya rendah, apabila utilitas terganggu, maka KKP juga
akan ikut terganggu, dan juga dalam sebuah keluarga memiliki jumlah anak yang
terlalu banyak
Klasifikasi KKP
KKP
dibagi menjadi tiga jenis yaitu Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmik- Kwashiorkor.
Berikut adalah penjelasannya.
Kwashiorkor adalah
suatu sindrom klinik yang timbul sebagai suatu akibat dari adanya kekurangan
protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan.
Kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily William pada tahun 1933
ketika ia menemukan keadaan tersebut di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghana,
Kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama apabila kelahiram anak
kedua sedang ditunggu. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik dan perubahan
sel yang menyebabkan terjadinya perlemahan hati yang disebabkan karena
kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama.
Penyebab
terjadinya Kwashiorkor yang utama adalah kebiasaan makan makanan yang sangat
sedikit mengandung protein (terutama hewani), kebiasaan mengkonsumsi makanan berpati
terus menerus, dan kebiasaan makan sayuran yang tinggi karohidrat. Sedangkan
penyebab lain misalkan adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin
diberikan dengan alasan miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang
salah tentang makanan. Adanya infeksi misalnya Diare akan mengganggu penyarapan
makanan, infeksi pernafasan (TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh
akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan, dan kekurangan ASI.
Yang
kedua adalah Marasmus, Marasmus
berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting
atau merusak. Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein akibat
kekurangan energy (kalori) yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya jaringan lemak dibawah kulit dan otot namun
kebutuhan proteinnya relative cukup terpenuhi. Marasmus ini merupakan gambaran
KKP dengan defisiensi energy yang ekstrem.
Penyebab
Marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi
pada kegagalan menyusui, pengobatan, maupun kegagalan memeberikan makanan
tambahan.
Sedangkan
untuk Marasmik-Kwashioorkor adalah
suatu kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara Marasmus
dengan Kwashiorkor. Marasmik-Kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang
telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak
dan protein serta kemunduran fungsi fisiologinya. Marasmik-Kwashiorkor juga
dapat diartikan sebagai salah satu kondisi yang terjadi karena defisiensi, baik
kalori maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang
hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi. Penyebabnya sama dengan
Kwashiorkor dan juga Marasmus.
Manifestasi Klinik
Tanda-tanda
KKP dibagi menjadi 2 macam yaitu
·
KKP Ringan
KKP ringan meliputi pertumbuhan
linier yang terganggu, peningkatan berat badan yang terus berkurang, terhenti,
maupun turun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat,
ratio berat terhadapt tinggi tidak normal atau cenderung menurun, terjadi
anemia ringan atau pucat, aktivitas berkurang, rambut kemerahan, dan terjadi
kelainan kulit seperti kering dan kusam.
·
KKP Berat
Sedangkan untuk KKP berat antara
lain terjadi gangguan pertumbuhan, badan menjadi mudah sakit, pada anak-anak
menjadi kurang cerdas, dan jika berkelanjutan dapat menimbulkan kematian.
Selain gejala-gejala KKP secara
umum, ada juga gejala-gejala dari penyakit KKP yaitu:
A. Beberapa
gejala penyakit Kwashiorkor berbeda
pada masing-masing anak di berbagai Negara dan dibedakan menjadi 3 antara lain
1. Selalu
Ada
Gejala
ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnose pada anak usia 1-3 tahun
karena kemungkinan telah mendapatkan makanan yang mengandung banyak
karbohidrat. Ciri-cirinya adalah terjadinya kegagalan pertumbuhan, Oedema pada
tungkai bawah, kaki, tangan, punggung bawah, dan wajah. Kemudian Otot-otot akan
menyusut tetapi lemak di bawah kulit akan disimpan, dan juga anak yang
menderita penyakit ini akan sering menangis, rewel, dan susah diatur.
2. Biasanya
Ada
Untuk
gejala yang biasanya ada, satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul namun
tidak satupun yang benar-benar memerlukan diagnose seperti terjadinya perubahan
rambut menjadi lebih muda (coklat, kemerah-merahan, mendekati putih,), lurus,
jarang halus, mudah rontok, warna kulit lebih mudah, terjadinya diare akibat
gangguan penyerapan makanan terutama gula, dan juga terjadi anemia yang tidak
berat karena adanya kemungkinan infeksi cacing atau malaria.
3. Kadang-kadang
Ada
Satu
atau lebih dari gejala berikut kadang-kadang muncul namun tidak satupun yang
benar-benar membentuk diagnose seperti terjadinya ruam atau bercak-bercak
berserpih, ulkus atau retakan, tanda-tanda kekurangan vitamin misalnya
terjadinya sariawan karena kekurangan vitamin C, dan lidah berwarna terang
karena kekurangan riboflavin, dan juga terjadinya pembentukan hati akibat
perlemahan hati.
Adapun gejala-gejala lainnya
yang terjadi antara lain:
- Secara
umum anak akan terlihat sembab, letargik, cengeng, dan mudah terserang
penyakit. Pada tahap lanjut, anak akan menjadi apatik dan spoor atau koma.
- Pertumbuhan
yang terhambat akan menyebabkan berat badan lebih rendah dibandingkan dengan
berat badan idealnya. Jika terjadi edema, maka penurunan berat badan tidak
begitu mencolok
- Terjadinya
Edema
- Jaringan
otot mengecil dengan tonusnya yang menurun sedangkan jaringna subkutan menjadi
tipis dan lembek
- Terjadi
kelainan gastrointestinal yang mencolok yaitu anoreksia dan diare
- Rambut
menjadi berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku serta mudah rontok
- Kelainan
kulit yaitu menjadi kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan
lebar yang disertai dengan denitamin B kompleks, serta defisiensi eritropoetin
dan terjadi kerusakan hati.
- Anak
mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare, bronkopneumonia,
faringotonsilitis, tuberkulosis)
- Defisiensi
vitamin dan mineral terutama vitamin A, riboflavin (stomatitis angularis),
anemia defisiensi besi dan anemia megalobastik.
B. Tanda-tanda
Marasmus dibagi menjadi 2 yaitu
1. Selau
ada
Tanda-tanda ini selalu ada dan
seluruhnya membutuhkan diagnose yaitu terjadinya gangguan perkembangan, dan
juga hilangnya lemak di otot dan jaringan dibawah kulit
2. Kadang-kadang
ada
Untuk gejala yang kadang-kadang
ada antara lain terjadinya diare atau konstipasi, terjadinya perubahan pada
rambut seperti yang dialami oleh penderita kwashiorkor, terdapat tanda-tanda
dari defisiensi vitamin dan juga terjadinya dehidrasi.
Adapun gejala-gejala lainnya
yang terjadi antara lain:
- Anak
menjadi cengeng dan sering terbangun ditengah malam
- Turgor
kulit rendah dan kulitnya Nampak keriput seperti orang tua
- Pipi
lebih terlihat kempot
- Vena
superfisialis tampak lebih jelas
- Ubun-ubun
menjadi besar dan cekung
- Tulang
dagu dan pipi kelihatan menonjol
- Mata
tampak besar dan dalam
- Sianosis
- Ekstremitas
terhadap dingin
- Perut
buncit/ cekung dengan gambaran usus yang jelas
- Atrofi
otot
- Apatis
- Badan
menjadi kurus kering umumnya pada bayi
C. Sedangkan untuk gejala-gejala dari
Marasmik-Kwashiorkor sama dengan gejala yang timbul pada Marasmus dan juga
Kwashiorkor
Epidemiologi
Penyakit KKP merupakan
bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun
dan kebanyakan terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang. Berdasarkan
hasil penyelidikan pada 254 desa di seluruh Indonesia, memperkirakan bahwa 30%
atau sekitar 9 juta balita menderita kekurangan gizi sedangkan 3% diantaranya
menderita gizi buruk. Tingginya prevalensi penyakit KKP disebabkan oleh
tingginya faktor angka kelahiran. Menurut WHO, 150 juta anak dibawah 5 tahun
menderita KKP dan 49% dari 10,4 juta anak dibawah 5 tahun meninggal karena KKP.
Cara
Menanggulangi KKP
KKP merupakan salah satu
masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. kita dapat berusaha mengurangi
KKP dengan cara-cara pencegahan berikut:
- Untuk
tingkat keluarga
·
Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang
·
Ibu memberikan ASI pada bayinya sampai usia enam
bulan
·
Ibu memberikan makanan pendukung ASI (MP-ASI)
yang mengandung berbagai macam gizi seperti kalori, vitamin, dan mineral
·
Segera memberitahukan kepada petugas kesehatan
apabila balita mengalami sakit
·
Menghindari pemberian makanan buatan kepada bayi
dibawah enam bulan untuk menggantikan ASI sepanjang ibu masih mampu
mengahsilkan ASI
·
Melindungi anak dari kemungkinan terkena diare
dan dehidrasi dengan cara memelihara kebersihan, menggunakan air matang untuk
minum, mencuci peralatan pembuat susu dan makanan bayi serta menyediakan oralit
·
Mengatur jarak kehamilan ibu agar cukup waktu
untuk merawat dan mengatur makanan yang bergizi untuk buah hati mereka.
- Untuk
tingkat posyandu
·
Kader melakukan penimbangan pada balita setiap
bulannya di posyandu untuk mengetahui pertumbuhan pada balita
·
Kader memebrikan penyuluhan tentang makanan
pendukung ASI (MP-ASI)
·
Kader memberikan pemulihan bayi balita yang
berada di bawah garis merah (PMT) contoh KMS (Kartu Menuju Sehat)
·
Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari
penyakit infeksi seperti TBC, polio, dan ada pula beberapa imunisasi dasar
antara lain BCG, DPT, Polio, Hepatitis B3, Campak, dan untuk imunisasi tambahan
antara lain Hib (meningitis), PCV atau IPD (pnemokokus), MMR, dan Influenza.
Daftar Pustaka
Arisman.
2004. Gizi dalam Daur Kehidupan.
Jakarta : EGC
Dewi, A.M. 2013. Kekurangan Kalori dan Protein. Ayumuliadewi.wordpress.com. Diakses
pada 16 Maret 2014
Hull, D. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed 3. Jakarta: EGC
Kurniasari, M. 2011. Kekurangan Kalori Protein (KKP). Meongnoque.clogspot.com. Diakses
pada 17 Maret 2014
Richard, G. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol I. Jakarta : EGC.
Sugihantono, A. 2014. Kenali Tiga Masalah Gizi Buruk pada Anak. www.tempo.com. Diakses pada 16 Maret
2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar